Memecahkanmasalah yang berhubungan dengan keliling dan luas segitiga dan segiempat. Menyelesaikan masalah bangun datar perlu. 4.9.2 memecahkan masalah soal cerita tentang keliling dan luas persegi panjang. Contoh soal dan pembahasan menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan keliling lingkaran? Tidak tepat atau teliti dalam mengutip.
Mei 26, 2016 Pelajaran SD - SKKD Matematika Kelas 4 SD Berikut ini Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Semester 1 dan Semester 2 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV, Semester 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bilangan Standar Kompetensi 1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung Mengurutkan bilangan Melakukan operasi perkalian dan pembagian Melakukan operasi hitung campuran Melakukan penaksiran dan pembulatan Memecahkan masalah yang melibatkan uang Standar Kompetensi 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan Menentukan kelipatan dan faktor bilangan Menentukan kelipatan persekutuan terkecil KPK dan faktor persekutuan terbesar FPB Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB Geometri dan Pengukuran Standar Kompetensi 3. Menggunakan pengukuran sudut, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar Menentukan besar sudut dengan satuan tidak baku dan satuan derajat Menentukan hubungan antar satuan waktu, antar satuan panjang, dan antar satuan berat Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan kuantitas Standar Kompetensi 4. Menggunakan konsep keliling dan luas bangun datar sederhana dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar Menentukan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga Kelas IV, Semester 2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bilangan Standar Kompetensi 5. Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat Kompetensi Dasar Mengurutkan bilangan bulat Menjumlahkan bilangan bulat Mengurangkan bilangan bulat Melakukan operasi hitung campuran Standar Kompetensi 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar Menjelaskan arti pecahan dan urutannya Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan Menjumlahkan pecahan Mengurangkan pecahan Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan Standar Kompetensi 7. Menggunakan lambang bilangan Romawi Kompetensi Dasar Mengenal lambang bilangan Romawi Menyatakan bilangan cacah sebagai bilangan Romawi dan sebaliknya Geometri dan Pengukuran Standar Kompetensi 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar Kompetensi Dasar Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana Menentukan jaring-jaring balok dan kubus Mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris Menentukan hasil pencerminan suatu bangun datarStandar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Semester 1 dan Semester 2 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Semoga Bermanfaat. M. Rifan Fajrin guru sekolah dasar yang biasa-biasa saja, tidak mengagumkan, tapi bahagia.
Bangundatar tersebut sangat erat berhubungan dengan pembelajaran matematika. Banyak sekali bangun datar antara lain : persegi, persegi panjang, segitiga, belah ketupat, layang - layang, jajar genjang, linggkaran dan trapesium. Bangun datar terdiri dari berbagai sisi. Bangun datar mempunyai bentuk yang berbeda dari segi maupun sudut.
- Bangun datar terbagi menjadi dua yakni bangun datar beraturan dan bangun datar tidak beraturan. Dikutip dari buku Kamus Matematika SMP/SMA 2020 oleh Lina Purwati, bangun datar beraturan adalah bangun datar yang memiliki ukuran sisi beraturan atau sisi-sisinya sama bangun datar beraturan persegi, belah ketupat, segi lima beraturan, segi enam beraturan, dan lainnya. Baca juga Cara Mengerjakan Luas Daerah yang Diarsir pada Bangun Datar Sedangkan, bidang datar tidak beraturan adalah bangun datar yang memiliki bentuk tidak bangun datar tidak beraturan segi tiga siku-siku, segitiga sembarang, trapesium, jajar genjang, dan lainnya. Dilansir dari buku Sukses UN SMP/MTs 2016 2015 oleh Tim Study Center, berikut contoh soal dan pembahasan mengenai cara mencari luas dan keliling bangun datar tidak beraturan Contoh soal 1 Perhatikan gambar! luas daerah yang diarsir pada bangun datar tidak beraturan Daerah yang diarsir adalah sketsa tanah yang ditanami rumput. Luas hamparan rumput tersebut adalah .... A. 954 m²B. 904 m²C. 454 m²D. 404 m²Indikator Peserta didik mampu menentukan bangun datar berdasarkan sifatnya Perhatikan sifat-sifat bangun datar di bawah ini! 1. Memiliki 4 sisi yang sama panjang 2. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar 3. Diagonalnya saling berpotongan tegak lurus dan saling membagi dua sama panjang Bangun datar yang mempunyai sifat-sifat di atas adalah. Skemp1976 menyatakan adanya dua jenis pemahaman yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman instrumental diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus serta dalam menerapkanya tanpa diketahui alasan-alasan ataupun penjelasanya. Sebaliknya pada pemahaman relasional termuat suatu skema atau struktur pengetahuan yang kompleks dan saling ber-relasi atau berhubungan yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas dan kompleks. Dalam tulisan ini dibahas mengenai pemahaman matematika, khususnya studi kasus pada pemahaman siswa sekolah dasar terhadap konsep keliling segitiga sama kaki, keliling segiempat dan luas segitiga siku-siku. Pembahasan tentang pemahaman matematika didasarkan pada pendapat Skemp tersebut dan beberapa pendapat ahli yang berkaitan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free STUDI KASUS PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASARTERHADAP KONSEP KELILING DAN LUAS BANGUN DATARAbd. QoharDosen Matematika FMIPA Universitas Negeri Malangqohar menyatakan adanya dua jenis pemahaman yaitu pemahaman instrumental danpemahaman relasional. Pemahaman instrumental diartikan sebagai pemahaman atas konsep yangsaling terpisah dan hanya hafal rumus serta dalam menerapkanya tanpa diketahui alasan-alasanataupun penjelasanya. Sebaliknya pada pemahaman relasional termuat suatu skema atau strukturpengetahuan yang kompleks dan saling ber-relasi atau berhubungan yang dapat digunakan padapenyelesaian masalah yang lebih luas dan kompleks. Dalam tulisan ini dibahas mengenaipemahaman matematika, khususnya studi kasus pada pemahaman siswa sekolah dasar terhadapkonsep keliling segitiga sama kaki, keliling segiempat dan luas segitiga siku-siku. Pembahasantentang pemahaman matematika didasarkan pada pendapat Skemp tersebut dan beberapapendapat ahli yang kunci Pemahaman matematika, keliling dan luas bangun datar, matematika SDPENDAHULUANPemahaman konsep matematika merupakan suatu kemampuan yang mendasari kemampuan-kemampuan matematika yang lain. Sebagai contoh pada kemampuan problem solving, seorang siswasekolah dasar tidak akan bisa menyelesaikan problem yang berkaitan dengan bangun datar, sebelum iamempunyai pemahaman konsep yang berkaitan dengan bangun datar tersebut, misalnya konsep kelilingbangun datar. Oleh karena mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematika merupakan salahsatu tujuan pembelajaran harus NCTM 2000 disebutkan bahwa pemahaman matematis merupakan aspek yang sangatpenting dalam prinsip pembelajaran matematika. Siswa dalam belajar matematika harus disertai denganpemahaman, hal ini merupakan visi dari belajar matematika. Hal tersebut berakibat bahwa dalam setiappembelajaran matematika harus ada unsur pemahaman 1976 membedakan dua jenis pemahaman, yaitu pemahaman instrumental dan pemahamanrelasional. Dalam pemahaman relasional, sifat pemakaiannya lebih bermakna. Sebagai contoh seorang siswayang yang hanya memiliki pemahaman instrumental terampil menentukan keliling persegi dengan rumus K= 4 x s, tetapi siswa tersebut menjadi kesulitan saat dihadapkan pada masalah menentukan keliling segiempat yang tidak beraturan yang sudah diketahui semua panjang sisinya, karena ia menganggap bahwabangun datar tersebut tidak ada rumus matematika dengan hanya menekankan pada aspek pemahaman instrumental relatif lebihmudah, akibatnya para guru lebih senang dengan cara ini. Berdasarkan anggapan ini, Skemp1976berpendapat bahwa para guru memilih mengajarkan pemahaman matematis hanya pada level instrumentaldidasarkan pada salah satu atau beberapa alasan berikut ini 1. Pemahaman relasional membutuhkan waktu yang lebih lama untuk Pemahaman relasional untuk topik-topik tertentu terlalu sulit dibandingkan dengan Kemampuan instrumental segera dibutuhkan/dipakai untuk materi pelajaran yang lain, sebelum dapatmemahaminya secara Bagi guru yang masih pemula, sementara guru-guru matematika yang lain yang lebih seniormengajarkan matematika secara instrumental, mereka cenderung untuk mengikuti jejak dengan pendapat Skemp yang menyatakan bahwa terdapat dua jenis pemahaman yaitu instrumental dan relasional, Hiebert dalam Even & Tirosh, 2002 mengemukakan pendapatnya tentangpengetahuan prosedural procedural knowledge yang identik dengan pemahaman instrumental, danpengetahuan konseptual conceptual knowledge yang identik pemahaman relasional. Namun demikian,antara Skemp dan Hiebert terdapat perbedaan mengenai hubungan antara dua kemampuan tersebut. Even & Tirosh 2002 menyatakan bahwa Skemp memberi batas yang jelas antara dua kemampuan tersebut sehinggaterdapat dikotomi antara pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Sedangkan Hiebert tidakmemberi batas yang tegas antara pengetahuan prosedural dan pengetahuan konseptual, sehingga antara duakemampuan ini sifatnya yang lebih penting antara pemahaman instrumental dan pemahaman relasional ?. Reys1998menyatakan bahwa para ahli berbeda pendapat dalam hal ini. Ada yang menyatakan pemahamaninstrumental lebih penting, ada pula yang sebaliknya. Reys 1998 selanjtnya juga menyatakan bahwa keduapemahaman tersebut sama-sama penting dalam keahlian matematika. Pemahaman prosedural didasarkanpada urutan langkah-langkah dan aturan-aturan yang harus dilaksanakan dalam memecahkan pemahaman relasional atau konseptual didasarkan pada jaringan-jaringan terkoneksi yangmenghubungkan dan memilah informasi Hiebert and Lefevre, dalam Reys, 1998, di mana hal ini jugasangat dibutuhkan dalam pembelajaran lain tentang pemahaman dikemukakan oleh Bloom Wikipedia, 2009, yang menyatakanbahwa ada 3 macam pemahaman yaitu pengubahan translation, interpretasi interpretation, danpembuatan ekstrapolasi extrapolation. Implementasi pengertian pemahaman tersebut dalam matematikabisa dicontohkan sebagai berikut pengubahan translation, misalnya mampu mengubah suatu persamaanmenjadi suatu grafik, mampu mengubah soal berbentuk kata-kata menjadi bentuk simbol atau interpretation, misalnya mampu menentukan konsep-konsep yang tepat untuk digunakandalam menyelesaikan soal, mampu mengartikan suatu kesamaan. Sedangkan ekstrapolasi extrapolation,misalnya mampu memperkirakan kecenderungan suatu & Krathwohl 2001 dalam Taxonomi Bloom yang direvisi menyatakan bahwa proseskognitif dari pemahaman ada 7, yaitu 1. Interpreting menginterpretasikan Mengubah dari satu representasi ke representasi yang Exemplifying/Ilustrating Menemukan contoh spesifik ataupun ilustrasi dari sebuah konsep3. Classifying Mengklasifikasikan Menentukan bahwa suatu contoh atau suatu kasus termasukdalam kategori dari suatu konsep atau Summarizing,generalizing Menyimpulkan Membuat satu statemen atau pernyataan yangmerepresentasikan beberapa informasi yang Inferring Menduga Menemukan pola dari suatu kumpulan contoh atau Comparing Membandingkan Mendeteksi kesamaan dan perbedaan antara dua objek atau Explaining Menjelaskan Menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan menggunakan sistimsebab akibat dari suatu KASUSKasus 1Berikut ini beberapa contoh kasus hasil pekerjaan siswa yang menunjukkan bahwa pemahamansiswa tersebut baru sampai pada tahap instrumental atau prosedural. Pada kasus pertama, siswa A adalahmurid kelas 3 di suatu sekolah dasar, dan sudah mendapatkan pelajaran tentang keliling sigitiga sama pembelajaran guru hanya memberikan contoh-contoh menghitung keliling segitiga sama kaki yangtegak, sehingga pada saat gambar segitiga diubah posisinya,siswa A salah dalam menghitung kelilingtersebut, sebagaimana terlihat dalam Gambar 1. Contoh kesalahan 1 Petikan hasil wawancara dengan siswa A setelah ia mengerjakan soal adalah sebagai berikutPeneliti “Soal nomor satu sulit ndak ?”Siswa A “Tidak”Peneliti “Kalau nomor dua sulit ndak ?”Siswa A “Tidak”Kemudian peneliti memutar lembar soal sedemikian sehingga pada gambar segitiga untuk soal nomor 2, ACterletak di “Coba sekarang perhatikan nomor dua”Siswa A “O..ya, BC yang sama dengan AB, tadi saya kira AC sama dengan BC”Peneliti “Berarti jawaban nomor dua betul ndak ?”Siswa A “Tidak betul”Peneliti “Kamu tau ndak, Keliling itu apa ?”Siswa A “Tidak tau “Kasus 2Pada kasus kedua, siswa B merupakan siswa kelas 4 yang sudah mendapatkan materi kelilingpersegi panjang, namun belum memperoleh materi trapesium. Siswa B kesulitan menentukan kelilingtrapesium yang panjang sisi-sisinya sudah diketahui, dan menjawab salah seperti pada Gambar 2. Contoh kesalahan 2Petikan hasil wawancara dengan siswa B setelah ia mengerjakan soal adalah sebagai berikutPeneliti “Kamu kesulitan ndak mengerjakan soal nomor satu ?”Siswa B “Tidak”Peneliti “Bagaimana dengan soal nomor dua ?”Siswa B “Susah ..e, masak jawabnya kayak begini ia sambil menunjuk pada hasil jawabannya?”Peneliti “Kamu tahu ndak kalau panjang sisi-sisi bangun datar pada soal nomor 2 ini berbeda ?”Siswa B “ya tahu, tapi bingung aku, pelajaran kelas berapa ini ”Peneliti “Kamu tau ndak, keliling itu apa maksudnya ?”Siswa B “Ndak tau aku “Kasus 3Kasus ketiga, siswa C merupakan siswa kelas 5 yang sudah mendapatkan materi luas segitiga siku-siku. Siswa C tidak merasa kesulitan dalam menentukan luas segitiga siku2, namun ia melakukan kesalahanpada saat menjawab soal nomor 2, seperti pada Gambar 3. Contoh kesalahan 3 Petikan wawancara dengan siswa C setelah ia mengerjakan soal adalah sebagai berikutPeneliti “Sulit ndak soal nomor satu ?”Siswa C “Tidak”Peneliti “Soal nomor dua, bisa ndak ?”Siswa C “Bisa ?”Peneliti “Jawaban nomor dua apa sudah benar ?”Siswa C “Iya“Peneliti “Pada soal nomor dua, tingginya yang mana ?”Siswa C “Yang ini ... sambil menunjuk AC“Selanjutnya peneliti menggeser memutar lembar soal, sehingga untuk soal nomor dua posisi BC terlihattegak pada siswa C, dan AC terlihat miring. Setelah itu peneliti bertanya “Sekarang perhatikan soal no 2, tinggi segitiganya yang mana ?”Siswa C “Yang ini ... sambil menunjuk AC“Kemudian peneliti menutup gambar pada soal nomor 1 dan meletakkan buku di bawah soal nomor duasejajar dengan garis AB. Kemudian peneliti bertanya “Coba perhatikan soal no 2, tinggi segitiganya yang mana ?”Siswa C “O..ya, yang ini ... sambil menunjuk BC“Lalu peneliti membuka semua penutup dan bertanya “Tinggi segitiganya yang mana ? “Siswa C “Yang ini ... sambil menunjuk BC“Peneliti “Apakah sudah yakin ? “Siswa C “ya“PEMBAHASANPada kasus 1, siswa A hanya terampil menghitung keliling segitiga sama kaki dengan posisi satu faktor penyebab hal ini adalah pada pembelajaran yang sudah dilakukan contoh-contoh segitigasama kaki yang dibuat selalu dalam posisi tegak. Sehingga untuk posisi segitiga sama kaki yang tidak tegak,siswa akan mengalami kesulitan. Di samping itu, siswa A juga tidak memahami apa yang dimaksud dengankeliling bangun datar. Siswa hanya terampil menghitung keliling tanpa mengetahui apa makna keliling kasus 2, siswa B sudah bisa melakukan perhitungan keliling persegi panjang dengan mudahnamun ia tidak bisa menghitung keliling sebuah trapesium yang sudah diketahui semua panjang B juga belum memahami apa maksud keliling itu, akibatnya kesulitan untuk menerapkan konsepkeliling pada bangun datar yang kasus 3, siswa C sudah bisa dengan mudah untuk menentukan luas segitiga siku-siku denganposisi yang tegak, namun pada saat posisi segitiga siku-siku diubah sedemikian sehingga seolah-olah sisimiring sebagai tinggi, maka siswa mengalami kesulitan menghitung luasnya. Siswa belum menyadari bahwaia melakukan kesalahan dalam menghitung luas segitiga pada nomor 2. Pada saat peneliti mengubah posisigambar segitiga, siswa C masih yakin dengan jawabannya, hal ini kemungkinan karena pandangan siswamasih rancu dengan gambar atau tulisan lain. Namun pada saat peneliti mengubah posisi dan menutupigambar atau tulisan lain menjadi sedemikian sehingga sisi tegak lurus terlihat jelas sebagai tinggi segitigasiku-siku, siswa baru sadar akan kesalahannya dan yakin dengan jawaban baru yang hal kasus-kasus tersebut, menurut Skemp1976, pemahaman siswa-siswa tersebut masihtergolong pamahaman instrumental atau menurut Hiebert pemahaman prosedural. Hal ini dikarenakan siswaterampil menggunakan rumus, namun belum mengetahui apa maksud rumus tersebut kasus 1 dan 2, belumbisa merelasikan dengan konsep atau kasus yang berkaitan kasus 1,2 &3. Sehingga pada kasus 1 dan kasus3 siswa kesulitan menghitung keliling ataupun luas bangun datar yang posisinya diubah dari juga dengan kasus 2, dimana siswa B yang kesulitan menerapkan konsep keliling bangun datar padasebuah trapesium. Siswa juga tidak merasa kalau ia melakukan kesalahan kasus 1 & 3, namun pada kasus 2siswa B sudah ragu dengan satu keutungan dari pemahaman relasional adalah konsep yang dipahami tersebut lebih mudahdiadaptasi pada tugas atau persoalan baru Skemp, 1976. Dalam hal kasus 2, jika siswa B sudah sampaipada pemahaman relasional, maka ia sudah mengetahui maksud dari keliling suatu bangun datar, sehinggaakan mudah untuk memahami keliling trapesium yang sudah diketahui semua panjang sisi-sisinya. Begitujuga dengan kasus 1 dan 3, jika siswa A dan siswa C sudah memiliki pemahaman relasional, makapemahamannya akan membuat mereka bisa mengerjakan soal nomor 2. Dalam kasus-kasus ini terlihat bahwa pemahaman relasional sangatlah penting dan “seakan-akan”pemahaman instrumental kurang penting. Sebagai pertimbangan, penulis pernah berdiskusi dengan salahseorang guru Madrasah Ibtidaiyah MI. Dia mengeluhkan kurikulum matematika yang kurang sesuaidengan kebutuhan siswa di MI. Pada saat pelajaran fiqih yang membahas warisan, dimana disanadibutuhkan perhitungan yang berkaitan dengan pecahan, siswa belum mendapatkan materi pecahan guru tersebut, yang penting pecahan secepatnya diajarkan dan bisa menghitung pecahan, agar bisaditerapkan untuk menghitung warisan. Untuk sampai pada tahap pemahaman relasional tentunya memakanwaktu lebih lama, padahal kemampuan tersebut akan segera digunakan. Dalam kasus ini, yang dipentingkanguru adalah ketrampilan siswa untuk menghitung sehingga bisa membantu pembelajarannya. Hal ini pula,yang menjadikan alasan bagi yang menyatakan bahwa pemahaman instrumental ditinjau dari pengertian pemahaman yang dikemukakan oleh Bloom, maka ketiga siswatersebut sudah mampu melakukan pengubahan dan interpretasi untuk soal-soal pada nomor 1. Sedangkankemampuan interpretasi untuk soal-soal nomor 2 kurang. Hal ini juga menunjukkan kurangnya kemampuanekstrapolasi. Kemampuan ini akan membantu siswa dalam memahami persoalan dari berbagai sudutpandang, sehingga perubahan posisi maupun bentuk bangun datar dari soal nomor 1 ke nomor 2 akan lebihmudah interpretasi yang ditunjukkan siswa-siswa dalam menjawab soal nomor 1 jugamerupakan salah satu proses kognitif pemahaman yang dikemukakan oleh Anderson & Krathwohl 2001.Proses-proses kognitif dari Anderson & Krathwohl yang lain tidak terlihat dalam kasus-kasus tersebut. Padasaat siswa A dan siswa B ditanya tentang apa itu keliling bangun datar, mereka belum bisa menjelaskankonsep tersebut, sehingga kemampuan menjelaskan masih belum Pembelajaran matematika dengan cara yang kurang tepat akan berakibat pada kesalahan konseppada siswa. Terjadinya kesalahan konsep pada siswa tersebut juga disebabkan karena guru dalammembelajarkan matematika hanya menekankan pada pemahaman instrumental saja. Oleh karena itupemahaman instrumental dan relasional perlu ditanamkan kepada siswa karena kedua jenis pemahamantersebut sama pentingnya. Guru juga harus mengetahui kesalahan-kesalahan konsep yang mungkin akanterjadi pada siswa, agar dalam proses pembelajaran kesalahan-kesalahan konsep tersebut bisa RUJUKANAnderson, Krathwohl, 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing. New YorkAddison Wesley R.,& Tirosh, D.2002. Teacher Knowledge and Understanding of Students’Mathematical English Eds. Handbook of International Research in Mathematics Education pp219-240. National Council of Teachers of Mathematics. New Jersey Lawrence Erlbaum 2000. Principles and Standards for School Mathematics, Reston, R. E. et. al. 1998. Helping Children Learn Mathematics 5th Edition. Boston Allyn and R. R. 1976 Relational Understanding and Instrumental Understanding. Mathematics Teaching, 77, 20– Taxonomy of Educational Objectives. [online] Tersedia [diakses 29 Januari 2009]-oOo- ... Menurut Noviarni 20114 "kemampuan dasar matematika tahapan kognitif untuk semua jenjang sekolah secara garis besar diklasifikasikan dalam lima standar kemampuan yaitu pemahaman matematis, pemecahan masalah matematis, penalaran matematis, koneksi matematis, dan komunikasi matematis". Qohar, 2012;Riyanti, 2011 mengemukakan bahwa "pemahaman matematis adalah aspek penting dan mendasari kemampuan matematis lainnya". Pemahaman bukan hanya mengetahui atau mengingat yang pernah dialami melainkan melibatkan proses dan kegiatan mental. ...Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran HOM dan RME terhadap kemampuan pemahaman relasional, peningkatan kemampuan pemahaman relasional siswa yang diajarkan dengan HOM dan RME, pengaruh model pembelajaran HOM dan RME terhadap mathematics anxiety. Penelitian berbentuk Pre-Experimental Design dengan rancangan Two Group Pretest-Posttest. Instrumen yang digunakan yaitu tes kemampuan pemahaman relasional, angket mathematics anxiety dan lembar pengamatan. Analisis data menggunakan uji-t dan gain score. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh HOM lebih baik dibandingkan RME terhadap kemampuan pemahaman relasional, hal ini berdasarkan t hitung =3,081 lebih besar dari t tabel =1,671, peningkatan kemampuan pemahaman relasional siswa yang diajarkan dengan HOM lebih tinggi dari RME, hal ini berdasarkan gain score dan karakteristik model. HOM menggunakan alat peraga yang dieksplor, sedangkan RME menggunakan masalah kontekstual berbentuk cerita, pengaruh HOM lebih baik dibandingkan RME terhadap mathematics anxiety, hal ini berdasarkan t hitung =-1,219 lebih kecil dari t tabel =1,671. Abstract This study aimed to analyze effect of the HOM learning model and RME on the ability of relational understanding, increase the ability of students' relational understanding by HOM and RME, effect of the HOM learning model and RME on the ability of mathematics anxiety. This study was Pre-Experimental Research Design with Two group pretest-posttest. The instrumentsare relational understanding test, mathematics anxiety questionnaire and observation sheet. Data analysis using t-test and gain score. The results showed 1 Effect of HOM better than RME on the ability of relational understanding, it is based on t hitung = greater than t table = 2 Increasing the capability of students' relational understanding who are taught by HOM higher than RME, it is based on the gain score and characteristics of models. HOM using props are explored, while the RME uses contextual problems with shaped the story; 3 Effect of HOM better than RME on mathematics anxiety, it is based on t hitung = is smaller than t tabel = ndak soal nomor satu ?Petikan Wawancara Dengan Siswa C Setelah IaPenelitiPetikan wawancara dengan siswa C setelah ia mengerjakan soal adalah sebagai berikut Peneliti "Sulit ndak soal nomor satu ?" Siswa C "Tidak" Peneliti "Soal nomor dua, bisa ndak ?" Siswa C "Bisa ?" Peneliti "Jawaban nomor dua apa sudah benar ?" Siswa C "Iya" Peneliti "Pada soal nomor dua, tingginya yang mana ?" Siswa C "Yang ini... sambil menunjuk AC"Selanjutnya peneliti menggeser memutar lembar soal, sehingga untuk soal nomor dua posisi BC terlihat tegak pada siswa C, dan AC terlihat miringPetikan Wawancara Dengan Siswa C Setelah IaPenelitiPetikan wawancara dengan siswa C setelah ia mengerjakan soal adalah sebagai berikut Peneliti "Sulit ndak soal nomor satu ?" Siswa C "Tidak" Peneliti "Soal nomor dua, bisa ndak ?" Siswa C "Bisa ?" Peneliti "Jawaban nomor dua apa sudah benar ?" Siswa C "Iya" Peneliti "Pada soal nomor dua, tingginya yang mana ?" Siswa C "Yang ini... sambil menunjuk AC" Selanjutnya peneliti menggeser memutar lembar soal, sehingga untuk soal nomor dua posisi BC terlihat tegak pada siswa C, dan AC terlihat miring. Setelah itu peneliti bertanya lagi. Peneliti "Sekarang perhatikan soal no 2, tinggi segitiganya yang mana ?" Siswa C "Yang ini... sambil menunjuk AC"
Tahukah Kamu?Bangun segitiga banyak ditemui pada bangunan-bangunan buatan manusia. Alasannya, segitiga bisa menjadi struktur yang kokoh meskipun terbuat dari bahan yang lentur atau tidak kuat. Kekuatan bangun segitiga ini telah terbukti sejak tahun yang lalu ketika bangsa Mesir Kuno menggunakan bentuk-bentuk segitiga untuk membangun piramida. Piramida merupakan bangunan batu yang sangat besar yang terdiri dari segitiga miring yang diatur di atas dasar persegi.◮◮◮ Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan dengan Keliling dan Luas Segitiga ◮◮◮Pada topik sebelumnya, kamu telah mengenal tentang bangun segitiga. Segitiga adalah bangun datar yang memiliki tiga sisi dan tiga sudut. Berdasarkan panjang sisinya, segitiga terbagi atas tiga macam, yaitu sebagai Segitiga samasisi, yaitu segitiga yang ketiga sisinya sama Segitiga samakaki, yaitu segitiga yang panjang dua sisinya Segitiga sebarang, yaitu segitiga yang panjang ketiga sisinya berlainan. Berdasarkan besar sudutnya, segitiga terbagi atas tiga macam, yaitu sebagai Segitiga siku-siku, yaitu segitiga yang salah satu sudutnya 90°.2. Segitiga lancip, yaitu segitiga yang besar masing-masing sudutnya kurang dari 90°.3. Segitiga tumpul, yaitu segitiga yang salah satu sudutnya merupakan sudut tumpul, yaitu antara 90° dan 180°. Pada topik yang lainnya, kamu juga telah mempelajari keliling dan luas segitiga.◮◮◮ Keliling dan Luas Segitiga ◮◮◮Coba perhatikan segitiga yang panjang sisi-sisinya a, b, dan c berikut. Tinggi segitiga adalah t. Sisi a juga sebagai alas segitiga. Keliling segitiga diperoleh dengan cara menjumlahkan panjang ketiga keliling segitiga = K = a + b + cSementara, luas segitiga adalah L = 1/2 x a x t.◮◮◮ Penerapan Keliling Segitiga ◮◮◮Kain penutup kepala Kevin Tara berbentuk segitiga samakaki dengan sisi 40 cm, 30 cm, dan 30 cm. Berapakah keliling kain penutup kepala ini?JawabOleh karena kain penutup kepala Kevin Tara berbentuk segitiga samakaki, maka kelilingnya merupakan keliling segitiga adalah K = Sisi 1 + Sisi 2 + Sisi 3 = 40 cm + 30 cm + 30 cm = 100 cm = 1 mJadi, keliling kain penutup kepala Kevin Tara adalah 1 m.◮◮◮ Penerapan Luas Segitiga ◮◮◮Pak Kano seorang nelayan di pantai Tanjung Kelayang. Dua hari lagi, ia akan melaut. Untuk itu, ia harus menyiapkan perahunya. Salah satu yang dipersiapkannya adalah membuat layar yang berbentuk segitiga siku-siku dengan panjang alas 2 m dan tinggi 4 m. Berapakah luas kain yang dibutuhkannya?JawabLuas kain yang dibutuhkan Pak Kano untuk membuat layar merupakan luas luasnya adalah L = 1/2 x 2 m x 4 m = 4 m2Dengan demikian, luas kain yang dibutuhkan Pak Kano untuk membuat layar perahu adalah 4 m2 .Topik ini mudah, kan? Agar pemahaman kamu bertambah, yuk kerjakan latihan soal-soal yang ada.SeePage 1. Menentukan luas permukaan limas dengan syarat-syarat ukuran yang harus diketahui Menentukan volume kubus dan balok melalui pola tertentu sehingga bisa diterapkan pada volume prisma dan limas. Menaksir luas permukaan dan volume bangun ruang yang tidak beraturan dengan menerapkan geometri dasarnya melalui ilustrasi yang ditunjukkan PetaKonsep Keliling dan luas Keliling bangun datar dan persegi panjang Luas bangun datar Menyelesaikan masalah yang dan persegi. Jawaban tentukan jumlah simetri lipat dari bangun datar pada gambar di samping soal kelas 4 6 sd materi belajar dari rumah di tvri pekan ketiga untuk kelas 45 dan 6 sd akan menyajikan gemar. Soalini menguji kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar Alternatif cara penyelesaian: Diketahui keliling persegipanjang 28 cm. Misalkan lebar persegipanjang l, maka panjang persegipanjang p = l + 2. keliling = 2(p + l) 28 = 2((l+2) + l)) 28 = 2(2 + 2l) 28 = 4 + 4l 24 = 4l l = 6 karena p = l + 2, maka p = 6 + 2 = 8 Tentukanbesar biaya yang diperlukan untuk membuat pagar tersebut. Penyelesaian: Pembuatan pagar di sekeliling halaman rumah berbentuk persegi panjang sama dengan menentukan keliling halaman rumah. K = 2 x (p + l) K = 2 x (30 + 20) K = 2 x 50 K = 100 m Biaya = 100 x Rp50.000,00 Biaya = Rp5.000.000,00 .